Monday, March 31, 2008

Diselamatkan Tas JS yang biasa-biasa ajah (caper Semarang yang gagal... part I)

Dear Jser,

Sebenarnya saya sudah beli tiket Mandala Air via online (kaciaaaan deh Garuda ngga punya fasilitas pesan tiket online) dan ingin berangkat awal Maret 2008, tetapi apa lacur (tanpa awalan “pe”) tiket Mandala yang saya beli tidak jadi terbang (bukan karena cape) dan saya di oper ke Adam Air, padahal gua stress (ngga suka) kalau disuruh naik Adam Air (cukup tanggung jawab juga yak Mandalanya). Nah pas hari H itu rupanya bandara Semarang kebanjiran ….. lengkap sudah "kehebatan" bandara Indonesia, jadi sekarang ada sampingan usaha kolam renang selain tempat gembala sapi (banyak sapi lewat bandara )

[OOT]

Pernah sapi Indo (Chinta) ketemu sapi New Zealand (Bob) dan adu keren.

Sapi Indo : Bob, khamu thinggal dimana, khelihatannya daging khamu emphuk yah ?

Sapi NZ jawab dengan bangga “Saya tinggal di pegunungan dengan pemandangan alam indah, hidup santai, rumput segar dan menghirup udara segar sehingga dagingku empuk”.

Sapi NZ : Chinta, kamu tinggal dimana ? Kok kamu kelihatan sterep gitu ?

Sapi Indo akan jawab dengan bangga :

Wah, Chinta thinggal di khota. Stherep ? Ngga lha yhauu. Ini khan jharang-jharang Chinta nyebrang landasan phacu. Kamu musthi lihat betis si Lhuna yang lhebih Stherep laghi, dia thiap hari di uber-uber phesawat di landasan. Khalau ngga mhau end up jadi sop khonro yah khamu harus lari chepat2.

[end of OOT]

Dan saya menunggu dari jam 5.30 pagi (pesawat 6.30) sampai jam 9.00 tidak ada tanda-tanda pesawat mau terbang. Semua calon penumpang sudah nunggu sampai kering kaya ikan asin Jambal (baik rasa maupun baunya). Disini saya melihat proses evolusi manusia namun dalam waktu singkat dan mungkin lebih tepat disebut revolusi kali yak. Jadi banyak sekali calon penumpang yang awalnya keren-keren, main HP, dengan MP3, sopan pelan-pelan berubah jadi cemberut, asem dan akhirnya beringas :

Dari awalnya sopan

“Mas, kok pesawatnya ngga jalan-jalan sih?” (Masnya jawab…sebentar yah pak, kami cek dulu….)

Pelan-pelan berubah jadi agak galak

“Mas gimana sih, MANA pesawatnya ?” (wah sudah mulai berubah nih jadi bersisik)

Lalu setelah ½ jam tidak ada jawaban (jawabannya sih ada….. Mohon di tunggu yah pak, bandaranya kebanjiran……)

BRAK…..BRAK…….. BRAK …. meja tempat perugas boarding di gebrak-gebrak, “MANA PESAWATNYA, KALIAN INI GIMANA SIH ?”

Sabaaar pak…..sabaar (kata Masnya)

“Ini sudah sabar, kalau ngga sabar… kamu sudah saya kepret”

Lalu si Masnya akhirnya menghilang (siapa yang ngga takut di kepret sama Ambon), digantikan oleh supervisornya (gua kagum sih sama Supervisornya … namanya Romi… tuh kan, sangking kagum gua sampai ajak kenalan dan minta nomor Hpnya :P 08194070*** ..he..he..he… kaya penyiar radio, tiga angka belakang di rahasiakan).

Lalu dimulailah pertarungan tawuran puluhan penumpang-penumpang kalap (mirip anak SMU) dengan petugas Adam Air …….

Pen = Penumpang, Pet = Petugas

Pen : Mana pesawatnya ?

Pet : Ada pak

Pen : MANA…. MANAAAAAA

Pet : Sabar pak, bandara Semarang kebanjiran. Jadi pesawat tidak bisa mendarat (saya juga berpikiran begitu, kalau ngga bisa jangan dipaksakan)

Pen : Ngga tuh, tadi Garuda terbang

Pet : …. [kehilangan kata-kata] rupanya para penumpang calling2 dengan teman-temannya yang naik pesawat lain dan ada yang terbang.

Akhirnya mungkin karena “keberingasan” penumpang petugas Adam Air mau tidak mau memberikan dua opsi. Boleh Refund atau menunggu pesawat berikutnya. 30 % refund (termasuk saya) dan 70 % memilih menggunakan pesawat jam 13.00.

Tapi anda bisa tahu kalau ratusan orang mengantri untk refund, harus sabaaaar. Saya sudah memutuskan untuk refund dan sudah telepon mantan pacar, ngga feeling untuk terbang dan saya pulang naik X-trans saja. Minta dijemput di KC (Kartika Chandra). Sambil duduk-duduk santai dan nonton pertunjukan orang ngamuk di kantor Adam Air saya menunggu 1 jam-an baru dapatkan refund tiket saya.

KEUNTUNGAN PUNYA TAS BIASA-BIASA AJAH (ngga bilang JELEK… takut di ban sama Andrew / Irvan)

Proses refund sempat membuat saya berkeringat dingin.

Kenapa ?

Ceritanya begini. Karena keasyikan melihat atraksi orang ngamuk, ada yang matanya membesar (aka melotot), teriak-teriak (sampai ludahnya nyembur dia ngga berasa), bentak-bentak, saya duduk santai dan mengagumi si Romi. Memang hebat dia, bukan salah dia tapi dia mau dimarahin orang sekampung ……. Kalau gua sih sudah pakai helm (melindungi dari semburan ludah orang marah-marah yang tidak terkontrol ..… iya dong, masa orang lagi marah ke kita terus kita ngelap-ngelap muka …. Bisa-bisa di kepret yah :P) .

Lalu setelah giliran saya refund, saya bilang sama Romi. Airport Taxnya gimana ?

Romi bilang… kamu minta refund ke counter Airport Tax di bagian check in. Lalu dengan satu tangan menarik tas troli (dan tidak menyadari back pack JS (yang biasa-biasa saja) tidak saya bawa) saya masuk lagi ke bagian check in (refund tiket di luar bagian check in di kantor Adam Air) dan meminta refund Airport Tax ke konter Airport Tax … tapi karena uang refund tiket sudah saya terima dan tiket sudah saya serahkan ke Adam Air, stiker Airport Tax ditempel di tiket….. jadilah saya bolak-balik lagi ke konter Adam Air meminta stiker airport Tax. Mana itu stiker nempelnya lengket banget (cinta mati) ke tiket…. Kaya Tokek nempel di tembok ngga mau di tarik (ngga bakalan lepas sebelum geledek menyambar :P). Akhirnya setelah perjuangan panjang 5 menitan dengan bantuan mas dari Adam Air saya berhasil melepaskan stiker tanpa merusak tiket dan berhasil meminta kembali Airport Tax saya. (total waktu 15 menitan)

Setelah berhasil mendapatkan kembali semua refund, saya lalu keluar dari ruangan check in dari pintu samping. Tangan kiri menarik tas troli …… apa yang aneh yah ?... something wrong….. kok langkah gua rasanya enteng banget ? Apa karena ginkang gua meningkat ?

….. thin….think….think…. ALAMAAAAKK, BACK PACK gua ketinggalan.

Cilaka 13kuadrat (aka sial banget). Belain refund 400 ribu, backpack gua yang isi laptop, kamera and the gang ketinggalan …… langsung jantung gua berhenti berdetak, lantas ngebut…deg..deg..an. Gua langsung pucat dan bingung… ketinggalan dimana yah tadi ? Saya butuh 15 detik untuk berpikir dimana si Bego ini meninggalkan belahan jiwanya. Akhirnya saya ingat….. tas Backpack saya tinggal di kursi tunggu Adam Air dan disana saya lihat banyak sekali calo2 dan orang tidak saya kenal mondar-mandir …. Ngga ada harapan tas gua balik… hiks…. Bego banget…. Ini karena dosa nontonin (ngatain) orang marah2 ..… ludahnya nyembur si Romi.

Dengan lemas saya kembali ke kursi tunggu Adam Air, sebelumnya saya di hadang oleh mas-mas calo yang menawarkan … hayo Makassar…. Makassar… (ngga tahu kenapa gua ditawarin tiker ke Makassar … apa muka gua kasar kali yak). Yah… nasib..nasib …..

Sampai di kursi tunggu Adam Air ……. Wah… rasanya gua mau peluk Irvan dan Andrew soalnya memberikan Tas JS backpack yang biasa-biasa ajah (ngga bilang jelek lhooo) …ha..ha..ha… ini beneran. Sebenarnya bukan Tas JS biasa-biasa ajah (ngga bilang jelek yah), tetapi yang jelas orang-orang awam ngga akan nyangka kalau di dalam tas ini gua simpan semua “selingkuhan” gua yang mahal-mahal, bikin kantong bolong dan cicilannya masih belum lunas :P. Paling dia kirain isinya kaos, celana pendek, celana dalam, kutang (oops .. ini maksudnya kaus kutang jadi bukan pornografi yah), tisu, odol and the gang. Coba kalau yang gua bawa bukan tas JS tetapi tas Laptop kulit atau Targus yang kerueeen …. Jamin kaya bawa supermodel kece langsung lenyap detik pertama gua meleng.

Hah…. Lueegaa akhirnya gua dipersatukan lagi dengan belahan jiwa gua lagi. Gua sempat periksa sih isinya masih utuh dan belum di tukar majalah atau batubata (kaya di kereta malam).

Bersambung part II

“From Semarang with Lunpia”

Salam,

Alfons

No comments: