Wednesday, August 1, 2007

Tips Menimang Laptop

Hati-hati kalau anda memiliki laptop dan sering bepergian ke luar negeri, khususnya negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Setiap kali anda ingin check in ke bandara dan memasukkan barang bawaan anda ke dalam mesin scanner, jangan lupa untuk mengeluarkan Laptop dari tas anda. Karena SOP (Standard Operating Procedur) bandara di Eropa Barat dan beberapa negara bagian Amerika adalah laptop anda harus dikeluarkan dari tasnya. Jika anda membandel atau lupa ….. siap-siap saja menghadapi konsekuensi anda diminta antri ulang dan tetap mengeluarkan laptop dari tas atau malahan anda diperiksa lebih lama lagi karena dicurigai menyembunyikan sesuatu. Kalau di tanah air sih hati-hatinya beda, jangan sampai laptop masuk bagasi karena nanti bisa raib :P.

Tips membeli laptop

Laptop jika dilihat dari definisinya adalah “sesuatu” yang diletakkan di atas(top) pangkuan (lap). Tetapi jangan terlalu sering meletakkan laptop dipangkuan, karena banyak kasus pengguna laptop yang mengalami kecelakaan karena memangku laptop. Kasus yang sempat menyeruak adalah bagian vital yang melepuh terluka karena terpapar panas yang berlebihan dari laptop terus menerus. Tidak tahu apa yang sedang dilakukan dengan laptop itu, apakah main game yang seru banget atau memang kerjanya serius banget sampai-sampai tidak berasa kalau perangkatnya melepuh. Dalam kenyataannya, laptop lebih sering diletakkan di atas meja daripada di pangkuan.

Dalam tulisan ini, ada beberapa pengalaman penulis dalam menggunakan laptop dan komputer, harapan penulis semoga berguna bagi anda yang merencanakan membeli laptop. Juga untuk anda yang merencanakan membeli komputer sekalipun. Sebelum membeli laptop (sebenarnya sebelum membeli apapun) anda harus tahu tujuannya. Kalau tujuannya mau gaya, tentunya berbeda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kerja. Laptop yang sering dibawa jalan-jalan juga umumnya berbeda dengan laptop yang lebih sering nongkrong dikantor karena pengaruh bobotnya. Lalu tentu hal lain yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah budget anda.

Laptop VS PC

Jika anda pengguna PC yang haus performa seperti pengguna aplikasi desain grafis, sering mengkonversi film dan maniak game yang haus performa, kelihatannya pilihan terbaik untuk anda adalah PC dengan memori tinggi dan kartu grafis teranyar. Menurut pengamatan penulis, saat ini laptop grafis / game yang paling canggihpun masih kalah cepat dibandingkan dengan PC rakitan, selain harganya juga sangat tinggi. Sehingga penulis tidak menyarankan anda untuk menukar PC desain grafis atau ajang pertempuran Counterstrike dan Warcraft anda dengan laptop. Salah satu alternatif yang dapat anda lakukan jika anda pengguna PC adalah mengganti CRT (Cathode Ray Tube) monitor dengan LCD (Liquid Crystal Display) monitor yang lebih hemat listrik dan lebih nyaman bagi mata, tetapi pada beberapa aplikasi (animasi film dan game) kecepatan tampilan LCD monitor masih kalah dibandingkan dengan CRT.

TETAPI, kalau anda pengguna komputer yang sedang-sedang saja dan menggunakan komputer untuk kegiatan mengetik skripsi, mengerjakan laporan keuangan, coding (programmer), mendengarkan musik, main game yang tidak haus resource dan main internet, ada pertimbangan menarik untuk anda. Jika anda membeli komputer dengan layar CRT 15” konvensional yang bisa dipertanggungjawabkan harganya sekitar 3 jutaan (kalau mau asal murah saja di Mangga Dua anda bisa mendapatkan PC dengan harga Rp. 2 jt – 2.5 jt dengan kualitas yang membuat anda makin religius ……. karena lama-lama komputernya sering bermasalah sehingga tiap kali anda menyalakan sambil berdoa semoga bisa nyala dengan benar :P ..... dijamin makin religius...). Untuk menghemat listrik dan nyaman dimata anda bisa mempertimbangkan untuk mengganti layar LCD anda perlu menambahkan selisih US $ 80 (Rp. 720.000,-) dari monitor CRT. Jadi total biaya Rp. 3.8 juta anda bisa mendapatkan PC yang “lumayan” hemat energi karena monitor LCD mengkonsumsi listrik jauh lebih rendah dari monitor CRT dan nyaman dimata.

TIPS : Ada tips menarik yang dilakukan penulis ketika membeli monitor LCD, toko komputer menawarkan LCD baru dengan dead pixel (cacat satu bintik merah / hitam) dengan diskon 20 % dari harga yang tidak cacat. Garansi dan lainnya (fisik, packaging, manual) 100 % sama. Kalau cacat cuma satu titik sih kaya tahi lalat kecil diwajah saja, tidak masalah bagi penulis. Penulis langsung menyambar kesempatan ini dan sampai hari ini (> 2 tahun) monitor 15 “ tersebut nongkrong dengan gagahnya dimeja komputer penulis tanpa masalah apapun. Tiap hari komputer tersebut digunakan rata-rata 5 jam untuk main game dan kegiatan lainnya. Deadpixelnya sih tetap ada dan tidak bertambah atau berkurang.

Jika anda memiliki dana sekitar RP. 5 juta, ada baiknya anda pertimbangkan untuk membeli laptop daripada PC. Betul, dengan 5 jutaan anda sudah bisa mendapatkan laptop merek bagus dan bergaransi seperti Toshiba, HP / Compaq, Acer dst (prosesor Intel Celeron / AMD … bukan ABRI Masuk Desa tetapi Advance Micro Devices) dengan performa lebih dari cukup untuk kegiatan “normal”, mengetik, internet, dengar lagu / MP3, nonton DVD atau mau pamer ke pacar anda bahwa anda sudah memiliki laptop :P. Kelemahan laptop ini adalah harganya yang lebih mahal dan sangat sulit di upgrade dibandingkan PC, tetapi keuntungannya juga tidak kalah banyak :

  1. Laptop lebih ringkas dan mudah dibawa-bawa karena bisa dimasukkan ke dalam tas (kalau mau bawa-bawa PC juga bisa saja tetapi kayanya lama-lama bisa diangkat sama Ade Rai jadi asisten fitness :P).
  2. Laptop sudah datang dalam satu paket hardware yang terintegrasi dan seluruh bagian laptop digaransi oleh satu vendor saja. Dibandingkan PC anda tidak perlu pusing memilih komponen atau merakit, dimana kelebihan PC rakitan bisa fleksibel memilih spesifikasi prosesor, VGA (Video Graphics Array) card, memory, harddisk, casing dst pada sisi lain menjadi kelemahannya karena umumnya setiap komponen disediakan oleh beberapa vendor / merek yang berbeda sehingga jika terjadi klaim garansi, anda harus berhubungan dengan banyak vendor berbeda untuk setiap komponen PC rakitan.
  3. Konsumsi daya lebih rendah. Laptop menghabiskan daya listrik rata-rata 45 Watt, bandingkan dengan PC dengan CRT monitor yang menghabiskan daya rata-rata 240 watt.
  4. Laptop dilengkapi dengan baterai sehingga memungkinkan anda bekerja menggunakan baterai laptop dan tidak harus menggunakan listrik (rata-rata baterai laptop dapat digunakan 1 – 2 jam tanpa dicolokkan ke listrik untuk penggunaan normal). Selain itu, baterai laptop juga berfungsi sebagai UPS (Uninterruptible Power Supply), sehingga ketika anda sedang bekerja dan terjadi mati lampu, baterai laptop langsung menggantikan tenaga listrik dan mencegah komputer anda mati dan mengamankan data anda. Jika menggunakan PC, anda harus membeli UPS yang harganya cukup mahal.

Pertimbangan lain adalah performanya relatif tidak kalah dengan PC dan tidak ada pengaruh signifikan untuk kegiatan komputer yang normal (lihat definisi normal di atas) non game grafis yang berat atau graphic designer. Dari sisi kecepatan, sebenarnya prosesor dengan kecepatan 1 Ghz sudah cukup untuk kegiatan komputer yang mendasar, ibarat kalau makan sudah memenuhi persyaratan 4 sehat 5 sempurna. Kalau anda memiliki komputer dengan kecepatan lebih tinggi malah terbuang untuk aplikasi lain yang kurang bermanfaat seperti walpaper hi res yang keren, screen saver, animasi, program-program add on, animasi / html wallpaper dan tampilan lainnya yang bukan merupakan kebutuhan mendasar komputer dan hanya untuk menyamanan dan kenikmatan saja. Hal ini terjadi karena tuntutan industri TI yang selalu memberikan speed lebih tinggi dan dengan harga lebih murah.

Laptop ringan

Jika anda membeli laptop sebagai teman anda bepergian, dalam artian laptop tersebut sering dibawa-bawa seperti untuk presentasi, pekerjaan keluar kota atau travelling, ada baiknya anda mencari laptop yang ringan. Dalam dunia perlaptopan, salah satu faktor utama yang menentukan bobot laptop adalah ukuran layar LCD. Jadi secara logika, laptop dengan ukuran layar 14“ tidak mungkin lebih ringan dari laptop dengan layar 12“ karena bobot layar LCD 14“ yang lebih berat dan LCD monitor merupakan komponen utama dalam laptop. Selain itu, produsen (pabrik LCD) di dunia ini dapat dihitung dengan sebelah jari anda dan produsen laptop sangat jarang yang memiliki pabrik LCD sendiri dan mayoritas membeli dari pabrikan LCD sehingga bobot layarnya tidak berbeda jauh. Sebagai gambaran, laptop ringan yang tersedia di pasaran Indonesia dengan layar 13“ bobotnya 1.7 kg dimana rata-rata laptop dengan ukuran layar 14 “ memiliki berat 2.3 kg. Jika anda bertanya, apa sih bedanya Cuma 0.5 kg ? Hmm, itu belum ditambah dengan asesoris lain seperti adaptor, USB drive, CD dan kabel. Kalau anda bawa sebentar sih tidak berasa, tetapi kalau bawa berjam-jam …… dijamin anda akan langsung berpikiran untuk mampir ke toko komputer dan mencari backpack atau dilamar oleh Ade Rai sebagai asisten fitness.

Laptop kecil

Jika LCD membatasi bobot laptop, apa yang membatasi miniaturisasi laptop ? Jawabannya …. jempol anda. Sebagai gambaran dari industri selular, secara teknologi sebenarnya manufaktur mampu mengecilkan handphone dari ukuran yang sekarang, buktinya dari beberapa tahun lalu saja handphone sudah kecil dan sampai hari ini ukurannya tidak lebih kecil lagi. Yang jadi masalah adalah ukuran jempol manusia yang tidak bisa dikecilkan dan karena handphone digunakan oleh manusia, maka harus menyesuaikan dengan ukuran jempol manusia. Hal serupa juga terjadi dengan laptop, yang menjadi kendala dalam mengecilkan laptop adalah ukuran keyboard yang tidak bisa dikecilkan karena harus mudah dan nyaman digunakan manusia dewasa. Penulis pernah menggunakan laptop dengan ukuran layar 12“ selama 2 tahun dengan ukuran tuts keyboard dan papan keyboard yang lebih kecil dari keyboard konvensional. Setelah mengganti dengan laptop dengan monitor 13.3” dan mengalami penyesuaian sebentar, kecepatan mengetik mengamali peningkatan yang cukup signifikan. Kalau kembali menggunakan laptop 12” tersebut, rasanya sangat tidak nyaman dan lambat melakukan pengetikan. Jadi kalau ada laptop 9“ atau 10”, rasanya mengetik dengan keyboard lebih kecil dari standar akan merupakan satu masalah tersendiri. Kecuali ditemukan metoda input data dengan cara lain, misalnya membaca gelombang otak atau speech recognition.

Tertipu adaptor

Laptop ringan menjadi impian bagi pengguna komputer yang sering melakukan travelling. Penulis pernah mengalami satu kejadian “senep” dalam rangka mencari “pasangan hidup” laptop ringan ini. Pemilihan pasangan hidup ini harus hati-hati dan jangan sampai salah, karena harganya yang aujubileh, bisa dua kali lipat dari laptop biasa dengan spesifikasi yang sama. Sebagai gambaran, laptop Lenovo dengan berat 2.3 kg harganya US $ 900 dan laptop Sony Vaio dengan berat 1.8 kg harganya mencapai dua kalinya. Sebelum beli, ibarat mencari jodoh yang dulunya juga berkali-kali lewati depan rumahnya saja dan hanya berani berkhayal kenalan :P, penulis juga sudah berminggu2 bolak-balik kalau lewat toko komputer dan pasti berhenti dulu, baca specs, lihat model dan terutama berat dari laptop idaman. Timbang-timbang 3B bibit, bebet, bobot. Sampai hari “H” akhirnya penulis memutuskan membeli Sony Vaio dengan pertimbangan bibit (merek Sony), bebet (servicenya bagus, kualitas barang harusnya terjamin) dan bobot (ini harfiah … termasuk yang paling enteng di kelasnya). Langsung di pak pulang dan diperjalanan sudah terbayang-bayang kenikmatan, kecepatan dan kerennya menggunakan notebook baru. Sampai di rumah, penulis masih belum sadar keanehan yang terjadi antara notebook ini dibandingkan dengan yang lain dan ibarat pengantin baru perasaannya masih diawang-awang. Setelah besoknya, waktu kena giliran memasukkan laptop ke kandangnya (tas), baru penulis melongo …. Lhooooo kok adaptornya segede-gede bagong ? Kalau dibandingkan Bagong Kusudiarjo sih memang kalah gede, tetapi dibandingkan dengan laptop lain adaptor dari Vaio tercinta ini ukurannya 2 kali lipat. Penasaran dengan fisiknya yang besar, akhirnya penulis mengadakan riset kecil membandingkan laptop Vaio dengan laptop Lenovo versi murah yang harganya cuma setengahnya. Menggunakan timbangan kecil, ternyata berat riil dari laptop Vaio adalah 1.9 kg (setelah ditambahi memory 1 GB) dan berat Lenovo 2.3 kg. Hmmm, lumayan masih beda 0.4 kg. Sekarang giliran adaptor, adaptor Lenovo 200 gram dan setelah ditimbang, adaptor Vaio….. alamaaaak…. 500 gram, jadi benar-benar asli kelas berat, sudah guede, berat lagi. Jadi berat total Vaio dengan adaptor adalah 2.4 kg dan berat total Lenovo adalah 2.5 kg… hiks. Masa saya bawa-bawa Vaio tanpa adaptor terus, dalam 100 kesempatan, saya paling sekali membawa laptop tanpa adaptor dan sisanya selalu dengan adaptor. Karena itu, jika anda beli laptop ringan …. Lihat dulu semuanya, apakah ringannya dengan mengeluarkan DVD Rom (beberapa laptop menggunakan DVD Rom eksternal untuk menekan berat laptop) atau seperti yang dialami penulis, beratnya dengan adaptor berapa ? Kalau adaptornya saja lebih berat 300 gram …. Selisih berat laptop yang lebih ringan ½ kg pun menjadi tidak berarti. Karena harganya dua kali lipat.

OS, program pendukung dan backup CD

Salah satu hal tambahan yang penting diperhatikan dalam memilih laptop adalah universalitas dan ketergantungan terhadap vendor yang serendah mungkin. Hindari vendor yang tidak memberikan CD instalasi OS original, karena hal ini akan mempersulit anda jika menghadapi masalah dengan OS dan harus memformat ulang. Penulis juga mengalami harus bolak-balik ke service center dua kali hanya karena harus memperbaiki OS dan vendor tidak memberikan CD / DVD sebagai backup. Ketika ditanyakan, jawabnya… lha.. harusnya kan Bapak bisa backup sendiri. Petugas lainnya menjawab, ini sudah merupakan kebijakan perusahaan. Grrr….. kebijakan perusahaan yang menyulitkan pelanggan dan tidak saya alami dalam pembelian laptop saya sebelumnya.

Salam,

Alfons

No comments: